KEBIASAAN BURUK PENGENDARA SEPEDA MOTOR
Kebiasaan Buruk Pengendara Sepeda Motor yang Harus Diubah
Entah sudah berapa kali saya melihat dan mendengar kecelakaan sepeda
motor seumur hidup saya. Yang terakhir terjadi, melibatkan dua motor
yang saling menabrak dengan kecepatan tinggi di daerah Pademangan,
Jakarta Pusat.
Salah satu korbannya (rekan saya) mengalami luka yang cukup hebat di kepalanya, dan harus menjalani operasi otak. Mengerikan!
Para
pengendara sepeda motor punya kesadaran yang rendah mengenai
keselamatan mereka, membuat mereka sering meletakkan nasib dalam taruhan
tiap kali bepergian.
Dan tak jarang, tingkah laku mereka dalam
berkendara juga membuat pengguna jalan lainnya merasa tidak nyaman dan
terganggu. Tetapi tak jarang pengendara motor yang melanggar aturan
justru lebih galak.
Berikut kebiasaan buruk pengendara sepeda motor yang membahayakan dan juga menyebalkan.
Tidak mengenakan helm
Helm
dibuat untuk melindungi pengguna sepeda motor, bukan kepentingan atau
kesenangan polisi, maupun produsen helm. Namun justru pengendara motor
seperti tidak suka terhadap benda yang satu ini.
Mereka lebih
suka meninggalkan helm di rumah, dengan alasan “Perginya dekat kok” atau
“Nggak ada polisi ini”. Padahal siapa yang tahu bahaya apa yang menanti
di perjalanan?
Seperti kata pepatah, “sedia payung sebelum hujan”, akan lebih baik jika pengendara motor “pakai helm sebelum kecelakaan”.
Tidak menggunakan kaca spion ketika berkendara
Kaca
spion, saya yakin, diciptakan untuk sebuah tujuan yang baik. Agar
pengendara motor dapat memperhatikan keadaan sekitarnya, terutama ketika
akan berbelok atau pindah lajur.
Namun spion sering dipandang
sebagai sebuah gangguan. Entah karena kurang gaya, atau membuat tidak
bisa menyelip di antara kendaraan-kendaraan lain.
Pasanglah spion standar di motor Anda dan pergunakan saat berpindah jalur, demi keselamatan sendiri.
Melanggar banyak aturan dan marka jalan
Kalau
yang satu ini, memang bukan kelakuan eksklusif pengendara motor. Semua
pengguna jalan pasti ada yang melanggar aturan dan marka jalan.
Tetapi
saya heran bukan main kalau melihat pengendara sepeda motor melawan
arah, memotong jalan, berputar di sembarang tempat, menyerobot lampu
merah, dan masih banyak lagi. Tidakkah mereka takut terhadap risiko
kecelakaan?
Jika semua itu dilakukan atas nama mempersingkat
waktu dan mengurangi jarak tempuh, apakah sepadan dengan bahaya yang
mengintai? Jalanan kota memang macet tapi kalau dipikir-pikir, bukankah
jika mereka menggunakan jalan yang semestinya, hanya berbeda beberapa
menit?
Tidak perlu menunggu sampai Anda terserempet (atau bahkan
tertabrak) untuk menyadari bahwa tidak semua kendaraan lain “sadar” atau
“mengerti” keberadaan Anda di jalan.
Selalu berusaha menyelinap di antara mobil – mobil.
Okelah,
ukuran motor Anda memang kecil, namun bukan berarti bisa masuk ke semua
celah antara mobil. Sering kali ketika pengendara motor menyelinap,
yang terjadi adalah mereka menyenggol mobil (karena salah memperkirakan
lebar celah).
Yang lebih mengganggu lagi adalah ketika di tengah
kemacetan, pengendara sepeda motor mengetuk-ngetuk kaca atau badan
mobil, meminta mobil untuk bergeser (supaya mereka bisa lewat).
Bagaimana mungkin? Sudah tidak ada ruang lagi.
Lebih baik sama-sama diam dan menikmati kemacetan, bukan.
Berteduh dan membuat titik kemacetan baru
Hujan
merupakan musuh pengendara motor. Tetapi alangkah lebih baik jika
pengendara motor memilih tempat yang lebih pas buat berteduh. Berteduh
di jalan raya di kolong jembatan, atau di terowongan dan underpass bukan
solusi yang tepat.
Anda hanya akan menyebabkan kemacetan besar di belakang.
Naik ke trotoar
Naik
ke trotoar merupakan hal yang paling menjijikkan. Trotoar diciptakan
bagi para pejalan kaki dan mereka akan sangat terganggu apabila ada
sepeda motor naik ke trotoar. Terkadang, beberapa pengendara motor yang
naik ke trotoar malah lebih galak. Mereka terus-menerus membunyikan
klakson, menyuruh pejalan kaki untuk minggir.
Jangan naik ke trotoar, tetaplah di jalan raya. Sekali lagi, nikmati saja kemacetan yang ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar